AKU, KAU DAN SAMPAH
Suasana sejuk
daerah semarang atas seakan menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat semarang
bawah untuk hijrah bermukim/membangun bisnis didaerah semarang atas yakni
daerah banyumanik, gunungpati dan mijen. Dalam perkebangannya bisa dibandingkan
daerah tersebut 10 tahun yang lalu dengan keadaan sekarang. Daerah banyumanik
ditopang oleh lokasi strategis yang dilalui oleh jalur utama semarang-solo,
sehingga daerah tersebut menjadi sangat berkembang. Daerah mijen ditopang oleh
perkebangan daerah bukit semarang baru (BSB) sehingga menjadi daerah tujuan
bermukim masyarakat semarang daerah barat. Daerah Gunungpati menjadi
alternative bermukim bagi mereka yang keseharianya beraktrivitas didaerah
semarang tengah. Dari perkembangan ketiga daerah tersebut selain menjadikan
kemanjuan serta perkebangan ekonomi tetapi menghasilkan pula suatu masalah
tersendiri yang perlu diperbaiki yakni “membuang sampah di pinggir jalan”
BUNGKUSAN SAMPAH TERGELETAK RAPI |
Jika kita menelusuri
jalan-jalan alternative didaerah tersebut maka kita akan banyak melihat
kumpulan sampah yang tergeletak rapi berjejer di pinggir jalan atau ditikungan
jalan. Sampah rumah tangga? Ya benar, itu adalah sampah rumah tangga yang
sengaja dibuang oleh masyarakat yang menginginkan kepraktisan dalam hidup. Kenapa kalimat “kepraktisan
dalam hidup” saya
tulis garis tebal? ya, saya pikir sikap itu yang menyebabkan/mempengaruhi
fenomena membuang sampah ditepi jalan selain faktor “kesadaran atas sampah”.
Jaman sekarang
budaya hidup praktis sangat mendominan segala aspek kehidupan, semakin majunya
technology menyebabkan segala sesuatu jaman sekarang serba mudah. Bukan
menyalahkan kemanjuan teknologi tetapi kita harus menyikapi dengan smart
perkembangan sehingga seperti mata pisau selain bisa berguna technology itu
juga bisa membuat efek budaya negative. Kemajuan internet, peralatan elektronik
serta segala sesuatu yang serba on line sehingga menyebabkan kehidupan serba
praktis dengan technology. Sekali lagi kita harus smart dalam menyikapi hidup
praktis/kemajuan technology sehingga budaya hidup praktis ini jangan digunakan
dalam masalah sampah. Bungkus sampah lalu bawa ditepi jalan dan buang, ya
prilaku itu sangat praktis dalam penanganan sampah dari rumah kita. Apa itu bijak? Silahkan sikapi
sendiri,,,,bagi saya kurang bijak.
SEMUDAH INIKAH? |
Memang dalam
kehidupan rumah tangga, sampah menjadi salah satu masalah sendiri. Jika di
lingkungan sudah ada pekerja pengangkut sampah “mungkin” masalah sampah ini
terselesaikan, tetapi jika tidak ada pekerja pengangkut sampah, apa yang akan
kita lakukan?. Memang sebaiknya kita memperlakukan sampah dengan metode reuse, reduce dan recycle tetapi jika belum bisa melaksankan sepenuhnya konsep itu
maka bisa disimak Tips ini :
- Pisahkan sampah yang mudah terurai dengan alam, buanglah sampah di tempat sampah sehingga terurai atau menjadi kompos.
- Kumpulkan sampah-sampah yang sukar terurai dan pisahkan tersendiri sampah-sampah yang kiranya masih bisa di recycling (ya kita kalo tidak punya waktu nuntuk merecycling sendiri ya serahkan saja kepada bapak-bapak pemulung disekitar bak sampah milik pemkot, pasti banyak yang sudah menunggu risky dari kita
- Minimalkan penggunaan bungkus plastik saat
belanja baik di minimarket atau di warung kelontong dekat rumah. Gunakan wadah yang bisa digunakan untuk berulang kali atau cukup masukan kantong/tas.
TEMPAT SAMPAH JALANAN
MOBIL SAMPAH, MENJADI RIZKY TERSENDIRI |