Selasa, 22 Oktober 2013

AKU, KAU DAN SAMPAH



 AKU, KAU DAN SAMPAH

Suasana sejuk daerah semarang atas seakan menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat semarang bawah untuk hijrah bermukim/membangun bisnis didaerah semarang atas yakni daerah banyumanik, gunungpati dan mijen. Dalam perkebangannya bisa dibandingkan daerah tersebut 10 tahun yang lalu dengan keadaan sekarang. Daerah banyumanik ditopang oleh lokasi strategis yang dilalui oleh jalur utama semarang-solo, sehingga daerah tersebut menjadi sangat berkembang. Daerah mijen ditopang oleh perkebangan daerah bukit semarang baru (BSB) sehingga menjadi daerah tujuan bermukim masyarakat semarang daerah barat. Daerah Gunungpati menjadi alternative bermukim bagi mereka yang keseharianya beraktrivitas didaerah semarang tengah. Dari perkembangan ketiga daerah tersebut selain menjadikan kemanjuan serta perkebangan ekonomi tetapi menghasilkan pula suatu masalah tersendiri yang perlu diperbaiki yakni “membuang sampah di pinggir jalan”
BUNGKUSAN SAMPAH TERGELETAK RAPI
Jika kita menelusuri jalan-jalan alternative didaerah tersebut maka kita akan banyak melihat kumpulan sampah yang tergeletak rapi berjejer di pinggir jalan atau ditikungan jalan. Sampah rumah tangga? Ya benar, itu adalah sampah rumah tangga yang sengaja dibuang oleh masyarakat yang menginginkan kepraktisan dalam hidup. Kenapa kalimat “kepraktisan dalam hidup”  saya tulis garis tebal? ya, saya pikir  sikap itu yang menyebabkan/mempengaruhi fenomena membuang sampah ditepi jalan selain faktor “kesadaran atas sampah”.
Jaman sekarang budaya hidup praktis sangat mendominan segala aspek kehidupan, semakin majunya technology menyebabkan segala sesuatu jaman sekarang serba mudah. Bukan menyalahkan kemanjuan teknologi tetapi kita harus menyikapi dengan smart perkembangan sehingga seperti mata pisau selain bisa berguna technology itu juga bisa membuat efek budaya negative. Kemajuan internet, peralatan elektronik serta segala sesuatu yang serba on line sehingga menyebabkan kehidupan serba praktis dengan technology. Sekali lagi kita harus smart dalam menyikapi hidup praktis/kemajuan technology sehingga budaya hidup praktis ini jangan digunakan dalam masalah sampah. Bungkus sampah lalu bawa ditepi jalan dan buang, ya prilaku itu sangat praktis dalam penanganan sampah dari rumah kita.  Apa itu bijak? Silahkan sikapi sendiri,,,,bagi saya kurang bijak.
SEMUDAH INIKAH?
Memang dalam kehidupan rumah tangga, sampah menjadi salah satu masalah sendiri. Jika di lingkungan sudah ada pekerja pengangkut sampah “mungkin” masalah sampah ini terselesaikan, tetapi jika tidak ada pekerja pengangkut sampah, apa yang akan kita lakukan?. Memang sebaiknya kita memperlakukan sampah dengan metode reuse, reduce dan recycle tetapi jika belum bisa melaksankan sepenuhnya konsep itu maka bisa disimak Tips ini :



  1. Pisahkan sampah yang mudah terurai dengan alam, buanglah sampah di tempat sampah sehingga terurai atau menjadi kompos. 
  2. Kumpulkan sampah-sampah yang sukar terurai dan pisahkan tersendiri sampah-sampah yang kiranya masih bisa di recycling (ya kita kalo tidak punya waktu nuntuk merecycling sendiri ya serahkan saja kepada bapak-bapak pemulung disekitar bak sampah milik pemkot, pasti banyak yang sudah menunggu risky dari kita 
  3. Minimalkan penggunaan bungkus plastik saat belanja baik di minimarket atau di warung kelontong dekat rumah. Gunakan wadah yang bisa digunakan untuk berulang kali atau cukup masukan kantong/tas.
    TEMPAT SAMPAH JALANAN
MOBIL SAMPAH, MENJADI RIZKY TERSENDIRI